Menurut Encyclopaedia Britannica, tato tertua ditemukan pada mumi
Mesir dari abad ke-20 SM. Tanda permanen yang dibuat dengan cara
memasukkan pewarna ke dalam lapisan kulit itu, ditemui hampir di seluruh
belahan dunia.Dalam catatan Ady Rosa, 48 tahun, dosen Seni Rupa,
Universitas Negeri Padang, Sumatera Barat, tato Mesir baru ada pada 1300
SM. Menurut magister seni murni, Institut Teknologi Bandung (ITB) ini,
orang Mentawai sudah menato badan sejak kedatangan mereka ke pantai
barat Sumatera. Bangsa Proto Melayu ini datang dari daratan Asia
(Indocina), pada Zaman Logam, 1500 SM-500 SM.’’Itu artinya, tato
Mentawai-lah yang paling tua di dunia,’’ kata Ady Rosa, yang telah 10
tahun meneliti tato. Di Mentawai. Tato dikenal dengan istilah titi.
Dalam penelitian Ady Rosa, selain Mentawai dan Mesir, tato juga terdapat
di Siberia (300 SM), Inggris (54 SM), Indian Haida di Amerika,
suku-suku di Eskimo, Hawaii dan Kepulauan Marquesas.Budaya rajah ini,
juga ditemukan pada suku Rapa Nui di Kepulauan Easter, suku Maori di
Selandia Baru, suku Dayak di Kalimantan dan suku Sumba di Sumatera
Barat. Bagi orang Mentawai, tato merupakan roh kehidupan. Ady, yang pada
1992 menelusuri pusat kebudayaan Mentawai di Pulau Siberut, menemukan
sedikitnya empat kedudukan tato di sana.Salah satu kedudukan tato adalah
untuk menunjukkan jati diri dan perbedaan status sosial atau profesi.
Tato dukun sikerei, misalnya, berbeda dengan tato ahli berburu. Ahli
berburu dikenal lewat gambar binatang tangkapannya, seperti babi, rusa,
kera, burung atau buaya. Sikerei diketahui dari tato bintang sibalu-balu
di badannya. Hikayat Arat Sabulungan secara berseloroh Ady menyatakan,
‘’Jadi, sebelum para jenderal punya bintang, dukun Mentawai sudah punya
lebih dulu….’’Menurut penelitian Ady, yang oleh dua guru besar ITB, A.D.
Pirous dan Primadi Tabrani, dijuluki ‘’Jenderal Tato’’, bagi masyarakat
Mentawai, tato juga memiliki fungsi sebagai simbol keseimbangan alam.
Dalam masyarakat itu, benda-benda seperti batu, hewan dan tumbuhan harus
diabadikan di atas tubuh. ‘’Mereka menganggap semua benda memiliki
jiwa,’’ kata Ady. Fungsi tato yang lain adalah keindahan.
Masyarakat Mentawai juga bebas menato tubuh sesuai dengan kreativitasnya.Kedudukan tato diatur oleh kepercayaan suku Mentawai, ‘’Arat Sabulungan’’. Istilah ini berasal dari kata sa (se) atau sekumpulan, serta bulung atau daun. Sekumpulan daun itu dirangkai dalam lingkaran yang terbuat dari pucuk enau atau rumbia, diyakini memiliki tenaga gaib kere atau ketse. Inilah yang kemudian dipakai sebagai media pemujaan Tai Kabagat Koat (Dewa Laut), Tai Ka-leleu (roh hutan dan gunung), dan Tai Ka Manua (roh awang-awang).Arat Sabulungan dipakai dalam setiap upacara kelahiran, perkawinan, pengobatan, pindah rumah, dan penatoan. Ketika anak lelaki memasuki akil balig, usia 11-12 tahun, orangtua memanggil sikerei dan rimata (kepala suku). Mereka akan berunding menentukan hari dan bulan pelaksanaan penatoan.Setelah itu, dipilihlah sipatiti -seniman tato. Sipatiti ini bukanlah jabatan berdasarkan pengangkatan masyarakat, seperti dukun atau kepala suku, melainkan profesi laki-laki. Keahliannya harus dibayar dengan seekor babi. Sebelum penatoan akan dilakukan punen enegat, alias upacara inisiasi yang dipimpin sikerei, di puturukat (galeri milik sipatiti).Tubuh bocah yang akan ditato itu lalu mulai digambar dengan lidi. Sketsa di atas tubuh itu kemudian ditusuk dengan jarum bertangkai kayu. Tangkai kayu ini dipukul pelan-pelan dengan kayu pemukul untuk memasukkan zat pewarna ke dalam lapisan kulit. Pewarna yang dipakai adalah campuran daun pisang dan arang tempurung kelapa.Janji Gagak Borneo Penatoan awal atau paypay sakoyuan, itu dilakukan di bagian pangkal lengan. Ketika usianya menginjak dewasa, tatonya dilanjutkan dengan pola durukat di dada, titi takep di tangan, titi rere pada paha dan kaki, titi puso di atas perut, kemudian titi teytey pada pinggang dan punggung.Dalam kesimpulan Ady Rosa, tato Mentawai berhubungan erat dengan budaya dongson di Vietnam. Diduga, dari sinilah orang Mentawai berasal. Dari negeri moyang itu, mereka berlayar ke Samudra Pasifik dan Selandia Baru. Akibatnya, motif serupa ditemui juga pada beberapa suku di Hawaii, Kepulauan Marquesas, suku Rapa Nui di Kepulauan Easter, serta suku Maori di Selandia Baru.
Tato Mentawai Lebih Demokratis
Di Indonesia, menurut Ady, tradisi tato Mentawai lebih demokratis dibandingkan dengan tato Dayak di Kalimantan. Dalam budaya Dayak, tato menunjukkan status kekayaan seseorang.‘’Makin bertato, makin kaya,’’ katanya. Toh, Baruamas Jabang Balumus, 67 tahun, tokoh adat Dayak dari suku Taman, menuturkan, dalam tato masyarakat Dayak ada aspek lain selain simbol strata sosial. ’’Tato adalah wujud penghormatan kepada leluhur,’’ kata tokoh bernama asli Masuka Djanting itu. Contohnya adalah tradisi tato dalam kebudayaan Dayak Iban dan Dayak Kayan. Di kedua suku itu, menato diyakini sebagai simbol dan sarana untuk mengungkapkan penguasa alam. Tato juga dipercaya mampu menangkal roh jahat, serta mengusir penyakit ataupun roh kematian.Tato sebagai wujud ungkapan kepada Tuhan terkait dengan kosmologi Dayak. Bagi masyarakat Dayak, alam terbagi tiga: atas, tengah dan bawah. Simbol yang mewakili kosmos atas terlihat pada motif tato burung enggang, bulan dan matahari. Dunia tengah, tempat hidup manusia, disimbolkan dengan pohon kehidupan. Sedangkan ular naga adalah motif yang memperlihatkan dunia bawah.Charles Hose, opsir Inggris di Kantor Pelayanan Sipil Sarawak pada 1884, rajin mencatat legenda-legenda yang dipercaya orang Dayak itu. Dalam buku Natural Man, A Record from Borneo terbitan Oxford University Press, 1990, Charles Hose menceritakan janji burung gagak borneo dan burung kuau argus untuk saling menghiasi bulu mereka.Setelah Haid Pertama Dalam legenda itu, gagak berhasil mulus melakukan tugasnya. Sayang, kuau adalah burung bodoh. Karena tak mampu, akhirnya kuau argus meminta burung gagak untuk duduk di atas semangkuk tinta, lalu menggosokkannya ke seluruh tubuh kuau, pemakan bangkai itu. Sejak saat itulah, konon, burung gagak dan burung kuau memiliki warna bulu dan ‘’dandanan’’ seperti sekarang.Secara luas, tato ditemukan di seluruh masyarakat Dayak. Namun, Hose menilai, teknik dan desain tato terbaik dimiliki suku Kayan. Bagi suku ini, penatoan hanya dilakukan bila memenuhi syarat tertentu. Bagi lelaki, proses penatoan dilakukan setelah ia bisa mengayau kepala musuh.
Tradisi tato bagi laki-laki ini perlahan tenggelam sejalan dengan larangan mengayau.Setelah ada pelarangan itu, tato hanya muncul untuk kepentingan estetika. Tradisi tato tak hilang pada kaum Hawa. Kini, mereka menganggap tato sebagai lambang keindahan dan harga diri. Meski masyarakat Dayak tidak mengenal kasta, tedak kayaan, alias perempuan tak bertato, dianggap lebih rendah derajatnya dibandingkan dengan yang bertato.Ada tiga macam tato yang biasa disandang perempuan Dayak Kayan. Antara lain tedak kassa, yang meliputi seluruh kaki dan dipakai setelah dewasa. Lainnya adalah tedak usuu di seluruh tangan, dan tedak hapii di seluruh paha. Di kalangan suku Dayak Kenyah, penatoan dimulai ketika seorang wanita berusia 16 tahun, atau setelah haid pertama.Upacara adat dilakukan di sebuah rumah khusus. Selama penatoan, semua kaum pria dalam rumah tersebut tidak boleh keluar dari rumah. Selain itu, seluruh anggota keluarga juga wajib menjalani berbagai pantangan. Konon, kalau pantangan itu dilanggar, keselamatan orang yang ditato akan terancam. Dulu, agar anak yang ditato tidak bergerak, lesung besar diletakkan di atas tubuhnya.Kalau si anak sampai menangis, tangisan itu harus dilakukan dalam alunan nada yang juga khusus. Di masyarakat Dayak Iban, tato menggambarkan status sosial. Kepala adat, kepala kampung, dan panglima perang menato diri dengan simbol dunia atas. Simbol dunia bawah hanya menghiasi tubuh masyarakat biasa. Motif ini diwariskan turun-temurun untuk menunjukkan garis kekerabatan.
Seorang sikerei (dukun budaya) bercerita mengenai pembuatan tato khas Mentawai. Tato, mereka menyebutnya titi, adalah salah satu bagian dari ekspresi seni dan perlambang status orang dari Suku Mentawai. Dulu, tato populer di kalangan baik lelaki maupun perempuan Mentawai yang telah dewasa. Kini, hanya sebagian kecil suku Mentawai yang masih bertato. Sebagian dari mereka bisa ditemui di pedalaman Pulau Siberut.
Tato dibuat oleh seorang sipatiti (pembuat tato). Proses pembuatan tato memakan waktu yang lama, terutama pada tahap persiapannya yang bisa sampai berbulan-bulan. Ada sejumlah upacara dan pantangan (punen) yang harus dilewati oleh orang yang ingin ditato. Tak semua orang sanggup melewati tahap ini.
Sebelum sipatiti mulai membuat tato, ada ritual upacara yang dipimpin oleh sikerei (dukun budaya Mentawai). Tuan rumah lalu mengadakan pesta dengan menyembelih babi dan ayam. Daging babi dan ayam ini juga sebagai upah yang diberikan untuk sikerei. Tutulu bercerita bahwa ntuk menyelenggarakan pesta membuat tato ini saja bisa menghabiskan biaya sekitar lima juta rupiah.Jarum yang digunakan terbuat dari tulang hewan atau kayu karai yang diruncingkan. Dengan mengetok-ngetoknya, terciptalah garis-garis yang merupakan motif utama tato suku Mentawai. Pewarna yang digunakan berasal dari arang yang menempel di kuali. Sikerei yang merupakan kakaknya Tutulu berkata bahwa biasanya pembuatan tato dimulai dari telapak tangan, tangan, kaki lalu tubuh. Selama beberapa hari, kulit yang baru ditato akan bengkak dan mengeluarkan darah. Membayangkannya saja saya ngeri.
sumber: http://www.indonesiansubculture.com/portal/articles.php?article_id=20
Sumber: http://travel.detik.com/read/2010/12/08/203709/1512280/1025/tato-mentawai-tato-tertua-di-dunia
sumber : http://psb-psma.org/content/blog/4715-sejarah-tato-tertua-di-dunia-dari-mentawai
Masyarakat Mentawai juga bebas menato tubuh sesuai dengan kreativitasnya.Kedudukan tato diatur oleh kepercayaan suku Mentawai, ‘’Arat Sabulungan’’. Istilah ini berasal dari kata sa (se) atau sekumpulan, serta bulung atau daun. Sekumpulan daun itu dirangkai dalam lingkaran yang terbuat dari pucuk enau atau rumbia, diyakini memiliki tenaga gaib kere atau ketse. Inilah yang kemudian dipakai sebagai media pemujaan Tai Kabagat Koat (Dewa Laut), Tai Ka-leleu (roh hutan dan gunung), dan Tai Ka Manua (roh awang-awang).Arat Sabulungan dipakai dalam setiap upacara kelahiran, perkawinan, pengobatan, pindah rumah, dan penatoan. Ketika anak lelaki memasuki akil balig, usia 11-12 tahun, orangtua memanggil sikerei dan rimata (kepala suku). Mereka akan berunding menentukan hari dan bulan pelaksanaan penatoan.Setelah itu, dipilihlah sipatiti -seniman tato. Sipatiti ini bukanlah jabatan berdasarkan pengangkatan masyarakat, seperti dukun atau kepala suku, melainkan profesi laki-laki. Keahliannya harus dibayar dengan seekor babi. Sebelum penatoan akan dilakukan punen enegat, alias upacara inisiasi yang dipimpin sikerei, di puturukat (galeri milik sipatiti).Tubuh bocah yang akan ditato itu lalu mulai digambar dengan lidi. Sketsa di atas tubuh itu kemudian ditusuk dengan jarum bertangkai kayu. Tangkai kayu ini dipukul pelan-pelan dengan kayu pemukul untuk memasukkan zat pewarna ke dalam lapisan kulit. Pewarna yang dipakai adalah campuran daun pisang dan arang tempurung kelapa.Janji Gagak Borneo Penatoan awal atau paypay sakoyuan, itu dilakukan di bagian pangkal lengan. Ketika usianya menginjak dewasa, tatonya dilanjutkan dengan pola durukat di dada, titi takep di tangan, titi rere pada paha dan kaki, titi puso di atas perut, kemudian titi teytey pada pinggang dan punggung.Dalam kesimpulan Ady Rosa, tato Mentawai berhubungan erat dengan budaya dongson di Vietnam. Diduga, dari sinilah orang Mentawai berasal. Dari negeri moyang itu, mereka berlayar ke Samudra Pasifik dan Selandia Baru. Akibatnya, motif serupa ditemui juga pada beberapa suku di Hawaii, Kepulauan Marquesas, suku Rapa Nui di Kepulauan Easter, serta suku Maori di Selandia Baru.
Tato Mentawai Lebih Demokratis
Di Indonesia, menurut Ady, tradisi tato Mentawai lebih demokratis dibandingkan dengan tato Dayak di Kalimantan. Dalam budaya Dayak, tato menunjukkan status kekayaan seseorang.‘’Makin bertato, makin kaya,’’ katanya. Toh, Baruamas Jabang Balumus, 67 tahun, tokoh adat Dayak dari suku Taman, menuturkan, dalam tato masyarakat Dayak ada aspek lain selain simbol strata sosial. ’’Tato adalah wujud penghormatan kepada leluhur,’’ kata tokoh bernama asli Masuka Djanting itu. Contohnya adalah tradisi tato dalam kebudayaan Dayak Iban dan Dayak Kayan. Di kedua suku itu, menato diyakini sebagai simbol dan sarana untuk mengungkapkan penguasa alam. Tato juga dipercaya mampu menangkal roh jahat, serta mengusir penyakit ataupun roh kematian.Tato sebagai wujud ungkapan kepada Tuhan terkait dengan kosmologi Dayak. Bagi masyarakat Dayak, alam terbagi tiga: atas, tengah dan bawah. Simbol yang mewakili kosmos atas terlihat pada motif tato burung enggang, bulan dan matahari. Dunia tengah, tempat hidup manusia, disimbolkan dengan pohon kehidupan. Sedangkan ular naga adalah motif yang memperlihatkan dunia bawah.Charles Hose, opsir Inggris di Kantor Pelayanan Sipil Sarawak pada 1884, rajin mencatat legenda-legenda yang dipercaya orang Dayak itu. Dalam buku Natural Man, A Record from Borneo terbitan Oxford University Press, 1990, Charles Hose menceritakan janji burung gagak borneo dan burung kuau argus untuk saling menghiasi bulu mereka.Setelah Haid Pertama Dalam legenda itu, gagak berhasil mulus melakukan tugasnya. Sayang, kuau adalah burung bodoh. Karena tak mampu, akhirnya kuau argus meminta burung gagak untuk duduk di atas semangkuk tinta, lalu menggosokkannya ke seluruh tubuh kuau, pemakan bangkai itu. Sejak saat itulah, konon, burung gagak dan burung kuau memiliki warna bulu dan ‘’dandanan’’ seperti sekarang.Secara luas, tato ditemukan di seluruh masyarakat Dayak. Namun, Hose menilai, teknik dan desain tato terbaik dimiliki suku Kayan. Bagi suku ini, penatoan hanya dilakukan bila memenuhi syarat tertentu. Bagi lelaki, proses penatoan dilakukan setelah ia bisa mengayau kepala musuh.
Tradisi tato bagi laki-laki ini perlahan tenggelam sejalan dengan larangan mengayau.Setelah ada pelarangan itu, tato hanya muncul untuk kepentingan estetika. Tradisi tato tak hilang pada kaum Hawa. Kini, mereka menganggap tato sebagai lambang keindahan dan harga diri. Meski masyarakat Dayak tidak mengenal kasta, tedak kayaan, alias perempuan tak bertato, dianggap lebih rendah derajatnya dibandingkan dengan yang bertato.Ada tiga macam tato yang biasa disandang perempuan Dayak Kayan. Antara lain tedak kassa, yang meliputi seluruh kaki dan dipakai setelah dewasa. Lainnya adalah tedak usuu di seluruh tangan, dan tedak hapii di seluruh paha. Di kalangan suku Dayak Kenyah, penatoan dimulai ketika seorang wanita berusia 16 tahun, atau setelah haid pertama.Upacara adat dilakukan di sebuah rumah khusus. Selama penatoan, semua kaum pria dalam rumah tersebut tidak boleh keluar dari rumah. Selain itu, seluruh anggota keluarga juga wajib menjalani berbagai pantangan. Konon, kalau pantangan itu dilanggar, keselamatan orang yang ditato akan terancam. Dulu, agar anak yang ditato tidak bergerak, lesung besar diletakkan di atas tubuhnya.Kalau si anak sampai menangis, tangisan itu harus dilakukan dalam alunan nada yang juga khusus. Di masyarakat Dayak Iban, tato menggambarkan status sosial. Kepala adat, kepala kampung, dan panglima perang menato diri dengan simbol dunia atas. Simbol dunia bawah hanya menghiasi tubuh masyarakat biasa. Motif ini diwariskan turun-temurun untuk menunjukkan garis kekerabatan.
Seorang sikerei (dukun budaya) bercerita mengenai pembuatan tato khas Mentawai. Tato, mereka menyebutnya titi, adalah salah satu bagian dari ekspresi seni dan perlambang status orang dari Suku Mentawai. Dulu, tato populer di kalangan baik lelaki maupun perempuan Mentawai yang telah dewasa. Kini, hanya sebagian kecil suku Mentawai yang masih bertato. Sebagian dari mereka bisa ditemui di pedalaman Pulau Siberut.
Tato dibuat oleh seorang sipatiti (pembuat tato). Proses pembuatan tato memakan waktu yang lama, terutama pada tahap persiapannya yang bisa sampai berbulan-bulan. Ada sejumlah upacara dan pantangan (punen) yang harus dilewati oleh orang yang ingin ditato. Tak semua orang sanggup melewati tahap ini.
Sebelum sipatiti mulai membuat tato, ada ritual upacara yang dipimpin oleh sikerei (dukun budaya Mentawai). Tuan rumah lalu mengadakan pesta dengan menyembelih babi dan ayam. Daging babi dan ayam ini juga sebagai upah yang diberikan untuk sikerei. Tutulu bercerita bahwa ntuk menyelenggarakan pesta membuat tato ini saja bisa menghabiskan biaya sekitar lima juta rupiah.Jarum yang digunakan terbuat dari tulang hewan atau kayu karai yang diruncingkan. Dengan mengetok-ngetoknya, terciptalah garis-garis yang merupakan motif utama tato suku Mentawai. Pewarna yang digunakan berasal dari arang yang menempel di kuali. Sikerei yang merupakan kakaknya Tutulu berkata bahwa biasanya pembuatan tato dimulai dari telapak tangan, tangan, kaki lalu tubuh. Selama beberapa hari, kulit yang baru ditato akan bengkak dan mengeluarkan darah. Membayangkannya saja saya ngeri.
sumber: http://www.indonesiansubculture.com/portal/articles.php?article_id=20
Sumber: http://travel.detik.com/read/2010/12/08/203709/1512280/1025/tato-mentawai-tato-tertua-di-dunia
sumber : http://psb-psma.org/content/blog/4715-sejarah-tato-tertua-di-dunia-dari-mentawai
Tato atau tattoo,
berasal dari bahasa Tahiti "tatu" yang konon artinya tanda. Walaupun
bukti-bukti sejarah tato ini tidak be- gitu banyak, tetapi para ahli
mengambil kesimpulan bahwa seni tato ini sudah ada sejak 12.000 tahun
sebelum Masehi.
Dutu, tato menjadi semacam ritual bagi suku-suku kuno seperti Maori,
Inca, Ainu, Polynesians, dan lain-lain. Kalau Anda jalan-jalan ke Mesir,
coba main- main ke piramid, mungkin Anda bisa menemukan tato tertua di
sana. Karena menurut sejarah, bangsa Mesir-lah yang jadi biang tumbuh
suburnya tato di dunia. Bangsa Mesir kan dikenal sebagai bangsa yang
terkenal kuat, mereka melakukan ekspansi ke negara-negara lain, sehingga
seni tato pun ikut-ikutan menyebar luas, seperti ke daerah Yunani,
Persia, dan Arab.
Apa alasan bagi suku-suku kuno di dunia membuat tato ? Bangsa Yunani
kuno memakai tato sebagai tanda pengenal para anggota badan intetijen
mereka alias mata-mata perang pada saat itu. Di sini tato menunjukan
pangkat dari si mata-mata tersebut. Berbeda dengan bangsa Romawi, mereka
memakai tato sebagai tanda bahwa seseorang itu berasal dari golongan
budak, dan tato juga dirajahi ke setiap tubuh para tahanannya. Suku
Maori di New Zealand membuat tato berbentuk ukiran-ukiran spiral pada
wajah dan pantat.
Menurut mereka, ini adalah tanda bagi keturunan yang baik. Di Kepulauan
Solomon, tato ditorehkan di wajah perempuan sebagai ritus untuk menandai
tahapan baru dalam kehidupan mereka. Hampir sama seperti di alas,
orang- orang Suku Nuer di Sudan memakai tato untuk menandai ritus
inisiasi pada anak taki-taki. Orang-orang Indian melukis tubuh dan
mengukir kutit mereka untuk menambah kecantikan atau menunjukkan status
sosial tertentu.
Tato alias wen shen atau rajah mulai merambahi negara China sekitar
tahun 2000 SM. Wen shen konon artinya "akupunktur badan". Pertu
diketahui, sama seperti bangsa Romawi, bangsa China kuno memakai tato
untuk menandakan bahwa seseorang pernah dipenjara. Sementara di Tiongkok
sendiri, budaya tato terdapat pada beberapa etnis minoritasnya, yang
tetah diwarisi oteh nenek moyang mereka, seperti etnis Drung, Dai, dan
Li, namun hanya para wanita yang berasal dari etnis Li dan Drung yang
memiliki kebiasaan menato wajahnya. Riwayat adat-istiadat tato etnis
Drung ini muncul sekitar akhir masa Dinasti Ming (sekitar 350 tahun yang
talu), ketika itu mereka diserang oleh sekelompok grup etnis lainnya
dan pada saat itu mereka menangkapi beberapa wanita dari etnis Drung
untuk dijadikan sebagai budak. Demi menghindari terjadinya perkosaan,
para wanita tersebut kemudian menato wajah mereka untuk membuat mereka
kelihatan kurang menarik di mata sang penculik.
Meski kini para wanita dari etnis minoritas Drung ini tidak lagi dalam
keadaan terancam oteh penyerangan dari etnis minoritas lainnya, namun
mereka masih terus mempertahankan adat-istiadat ini sebagai sebuah
lambang kekuatan kedewasaan. Para anak gadis dari etnis minoritas Drung
menato wajahnya ketika mereka berusia antara 12 dan 13 tahun sebagai
sebuah simbol pendewasaan diri. Ada beberapa penjelasan yang berbeda,
mengapa para wanita tersebut menato wajahnya. Sebagian orang mengatakan,
bahwa warga etnis Drung menganggap wanita yang bertato terlihat lebih
cantik dan para kaum Adam etnis Drung tidak akan menikahi seorang wanita
yang tidak memiliki tato di wajahnya.
Di Indonesia Orang-orang Mentawai di kepulauan Mentawai, suku Dayak di
Kalimantan, dan suku Sumba di NTB, sudah mengenal tato sejak zaman
baheula. Bahkan bagi suku Dayak, seseorang yang berhasil "memenggal
kepala" musuhnya, dia mendapat tato di tangannya. Begitu juga dengan
suku Mentawai, tatonya tidak dibuat sembarangan. Sebelum pembuatan tato
dilaksanakan, ada panen enegaf alias upacara inisiasi yang dilakukan di
puturkaf uma (galeri rumah tradisional suku Mentawai). Upacara ini
dipimpin oleh sikerei (dukun). Setelah upacara ini selesai, barutah
proses tatonya dilaksanakan. BAHAN PEMBUAT TATO
Awalnya, bahan untuk membuat tato berasal dari arang tempurung yang
dicampur dengan air tebu. Atat-atat yang digunakan masih sangat
tradisional. Seperti tangkai kayu, jarum, dan pemukul dari batang.
Orang-orang pedalaman masih menggunakan teknik manual dan dari
bahan-bahan tradisional. Bangsa Eskimo misalnya, memakai jarum yang
terbuat dari tulang binatang. Di kuil-kuil Shaolin menggunakan gentong
tembaga yang dipanaskan untuk mencetak gambar naga pada kulit tubuh.
Murid-murid Shaolin yang dianggap memenuhi syarat untuk mendapatkan
simbol itu, dengan menempelkan kedua lengan mereka pada semacam cetakan
gambar naga yang ada di kedua sisi gentong tembaga panas itu.
Jauh berbeda dengan sekarang. Saat ini, terutama di kalangan masyarakat
perkotaan, pembuatan tato ditakukan dengan mesin listrik. Mesin ini
ditemukan pada tahun 1891 di Inggris. Kemudian zat pewarnanya
menggunakan tinta sintetis (tinta khusus tato).
Bahkan, perusahaan Freedom-2 di Philadelphia telah menemukan serangkaian
produk tinta yang lebih aman di kulit. Produk ini sudah disetujui Badan
Urusan Makanan dan Obat-Obatan AS (FDA) untuk digunakan dalam dunia
kosmetik, makanan, obat, dan peranti kedokteran - yang tentunya aman
untuk tato.
MAKNA TAT0
Pada sistem budaya yang bertainan, tato mempunyai makna dan fungsi yang
berbeda-beda. Di Indonesia sendiri, pernah ada masa di mana tato
dianggap sebagai sesuatu yang buruk. Orang-orang yang memakai tato
dianggap identik dengan penjahat, gali, dan orang nakal. Pokoknya
golongan orang-orang yang hidup di jalan dan selalu dianggap mengacau
ketentraman masyarakat.
Anggapan negatif seperti ini secara tidak langsung mendapat "pengesahan"
ketika pada tahun 1980-an terjadi penembakan misterius terhadap ribuan
gali (penjahat kambuhan) di berbagai kola di Indonesia. Mantan Presiden
Soeharto dalam otobiografinya, Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan
Saya (PT. Citra Lamtorogung Persada, Jakarta, 1989), mengatakan bahwa
petrus (penembakan misterius) itu memang sengaja dilakukan sebagai
treatment, tindakan tegas terhadap orang-orang jahat yang suka
mengganggu ketentraman masyarakat.
Bagaimana cara mengetahui bahwa seseorang itu penjahat dan layak
dibunuh? Brita L. Miklouho-Maklai datam Menguak Luka Masyarakat:
Beberapa Aspek Seni Rupa Indonesia Sejak Tahun 1966 (Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 1997) menyebutkan bahwa para penjahat kambuhan itu
kebanyakan diidentifikasi melalui tato, untuk kemudian ditembak secara
rahasia, lalu mayatnya ditaruh dalam karung dan dibuang di sembarang
tempat seperti sampah.
Tidak semua orang bertato itu penjahat memang. Tapi mengapa sampai
terjadi generalisasi seperti itu? Apa kira-kira dasar atasannya? Apakah
dulu kebetulan pernah ada seorang penjahat besar yang punya tato dan itu
lalu dipakai sebagai ciri untuk menggeneralisasi bahwa semua orang yang
bertatto pasti penjahat juga? Sayangnya belum ada studi mendalam yang
bisa menguak pergeseran makna tato dari ukiran dekoratif sebagai
penghias tubuh dan simbol-simbol tertentu menjadi tanda cap bagi para
penjahat.
Tapi yang jelas telah terjadi "politisasi tubuh". Tubuh dipolitisasi,
dijadikan alat kendali untuk kepentingan negara. Dalam kasus petrus di
Indonesia, tubuh yang bertato dipakai sebagai alat kendali, suatu alasan
untuk menjaga stabilitas negara. Untuk tingkat dunia, bisa disebut
beberapa contoh kasus politik tubuh besar sepanjang sejarah peradaban
manusia. Orang-orang kulit putih menerapkan sistem politik apartheid di
Afrika Selatan hanya karena orang-orang Afrika "berkulit hitam". Dari
Jerman, Hitler dengan Nazinya membantai orang-orang Yahudi hanya karena
di dalam tubuh orang Yahudi tidak mengalir darah Arya, darah tubuh
manusia yang paling sempurna yang pernah diciptakan Tuhan di bumi ini
menurut Hitler.
Sebelum tato dianggap sebagai sesuatu yang modis, trendi, dan
fashionable seperti sekarang ini, tato memang dekat dengan budaya
pemberontakan. Anggapan negatif masyarakat tentang tato dan larangan
memakai rajah atau tato bagi penganut agama tertentu semakin
menyempurnakan citra tato sebagai sesuatu yang dilarang, haram, dan
tidak boleh. Maka memakai tato sama dengan memberontak terhadap tatanan
nilai sosial yang ada, sama dengan membebaskan diri terhadap segala tabu
dan norma-norma masyarakat yang membelenggu. Orang-orang yang
dipinggirkan oleh masyarakat memakai tato sebagai simbol pemberontakan
dan eksistensi diri. Anak-anak yang disingkirkan oleh keluarga memakai
tato sebagai simbol pembebasan.
Setiap zaman melahirkan konstruksi tubuhnya sendiri-sendiri. Dulu tato
dianggap jelek, sekarang tato dianggap sebagai sesuatu yang modis dan
trendi. Kalau era ini berakhir, entah tato akan dianggap sebagai apa.
Mungkin status kelas sosial, mungkin sekadar perhiasan, atau yang lain.
Sumber dikutip dari sini
Teman-teman juga bisa melihat beberapa gallery tatto di majalah
berikut,click image for download
Original Post at: http://insomniacromance.blogspot.com/2011/11/sejarah-dan-fungsi-tatto.html |
Tato atau tattoo,
berasal dari bahasa Tahiti "tatu" yang konon artinya tanda. Walaupun
bukti-bukti sejarah tato ini tidak be- gitu banyak, tetapi para ahli
mengambil kesimpulan bahwa seni tato ini sudah ada sejak 12.000 tahun
sebelum Masehi.
Dutu, tato menjadi semacam ritual bagi suku-suku kuno seperti Maori,
Inca, Ainu, Polynesians, dan lain-lain. Kalau Anda jalan-jalan ke Mesir,
coba main- main ke piramid, mungkin Anda bisa menemukan tato tertua di
sana. Karena menurut sejarah, bangsa Mesir-lah yang jadi biang tumbuh
suburnya tato di dunia. Bangsa Mesir kan dikenal sebagai bangsa yang
terkenal kuat, mereka melakukan ekspansi ke negara-negara lain, sehingga
seni tato pun ikut-ikutan menyebar luas, seperti ke daerah Yunani,
Persia, dan Arab.
Apa alasan bagi suku-suku kuno di dunia membuat tato ? Bangsa Yunani
kuno memakai tato sebagai tanda pengenal para anggota badan intetijen
mereka alias mata-mata perang pada saat itu. Di sini tato menunjukan
pangkat dari si mata-mata tersebut. Berbeda dengan bangsa Romawi, mereka
memakai tato sebagai tanda bahwa seseorang itu berasal dari golongan
budak, dan tato juga dirajahi ke setiap tubuh para tahanannya. Suku
Maori di New Zealand membuat tato berbentuk ukiran-ukiran spiral pada
wajah dan pantat.
Menurut mereka, ini adalah tanda bagi keturunan yang baik. Di Kepulauan
Solomon, tato ditorehkan di wajah perempuan sebagai ritus untuk menandai
tahapan baru dalam kehidupan mereka. Hampir sama seperti di alas,
orang- orang Suku Nuer di Sudan memakai tato untuk menandai ritus
inisiasi pada anak taki-taki. Orang-orang Indian melukis tubuh dan
mengukir kutit mereka untuk menambah kecantikan atau menunjukkan status
sosial tertentu.
Tato alias wen shen atau rajah mulai merambahi negara China sekitar
tahun 2000 SM. Wen shen konon artinya "akupunktur badan". Pertu
diketahui, sama seperti bangsa Romawi, bangsa China kuno memakai tato
untuk menandakan bahwa seseorang pernah dipenjara. Sementara di Tiongkok
sendiri, budaya tato terdapat pada beberapa etnis minoritasnya, yang
tetah diwarisi oteh nenek moyang mereka, seperti etnis Drung, Dai, dan
Li, namun hanya para wanita yang berasal dari etnis Li dan Drung yang
memiliki kebiasaan menato wajahnya. Riwayat adat-istiadat tato etnis
Drung ini muncul sekitar akhir masa Dinasti Ming (sekitar 350 tahun yang
talu), ketika itu mereka diserang oleh sekelompok grup etnis lainnya
dan pada saat itu mereka menangkapi beberapa wanita dari etnis Drung
untuk dijadikan sebagai budak. Demi menghindari terjadinya perkosaan,
para wanita tersebut kemudian menato wajah mereka untuk membuat mereka
kelihatan kurang menarik di mata sang penculik.
Meski kini para wanita dari etnis minoritas Drung ini tidak lagi dalam
keadaan terancam oteh penyerangan dari etnis minoritas lainnya, namun
mereka masih terus mempertahankan adat-istiadat ini sebagai sebuah
lambang kekuatan kedewasaan. Para anak gadis dari etnis minoritas Drung
menato wajahnya ketika mereka berusia antara 12 dan 13 tahun sebagai
sebuah simbol pendewasaan diri. Ada beberapa penjelasan yang berbeda,
mengapa para wanita tersebut menato wajahnya. Sebagian orang mengatakan,
bahwa warga etnis Drung menganggap wanita yang bertato terlihat lebih
cantik dan para kaum Adam etnis Drung tidak akan menikahi seorang wanita
yang tidak memiliki tato di wajahnya.
Di Indonesia Orang-orang Mentawai di kepulauan Mentawai, suku Dayak di
Kalimantan, dan suku Sumba di NTB, sudah mengenal tato sejak zaman
baheula. Bahkan bagi suku Dayak, seseorang yang berhasil "memenggal
kepala" musuhnya, dia mendapat tato di tangannya. Begitu juga dengan
suku Mentawai, tatonya tidak dibuat sembarangan. Sebelum pembuatan tato
dilaksanakan, ada panen enegaf alias upacara inisiasi yang dilakukan di
puturkaf uma (galeri rumah tradisional suku Mentawai). Upacara ini
dipimpin oleh sikerei (dukun). Setelah upacara ini selesai, barutah
proses tatonya dilaksanakan. BAHAN PEMBUAT TATO
Awalnya, bahan untuk membuat tato berasal dari arang tempurung yang
dicampur dengan air tebu. Atat-atat yang digunakan masih sangat
tradisional. Seperti tangkai kayu, jarum, dan pemukul dari batang.
Orang-orang pedalaman masih menggunakan teknik manual dan dari
bahan-bahan tradisional. Bangsa Eskimo misalnya, memakai jarum yang
terbuat dari tulang binatang. Di kuil-kuil Shaolin menggunakan gentong
tembaga yang dipanaskan untuk mencetak gambar naga pada kulit tubuh.
Murid-murid Shaolin yang dianggap memenuhi syarat untuk mendapatkan
simbol itu, dengan menempelkan kedua lengan mereka pada semacam cetakan
gambar naga yang ada di kedua sisi gentong tembaga panas itu.
Jauh berbeda dengan sekarang. Saat ini, terutama di kalangan masyarakat
perkotaan, pembuatan tato ditakukan dengan mesin listrik. Mesin ini
ditemukan pada tahun 1891 di Inggris. Kemudian zat pewarnanya
menggunakan tinta sintetis (tinta khusus tato).
Bahkan, perusahaan Freedom-2 di Philadelphia telah menemukan serangkaian
produk tinta yang lebih aman di kulit. Produk ini sudah disetujui Badan
Urusan Makanan dan Obat-Obatan AS (FDA) untuk digunakan dalam dunia
kosmetik, makanan, obat, dan peranti kedokteran - yang tentunya aman
untuk tato.
MAKNA TAT0
Pada sistem budaya yang bertainan, tato mempunyai makna dan fungsi yang
berbeda-beda. Di Indonesia sendiri, pernah ada masa di mana tato
dianggap sebagai sesuatu yang buruk. Orang-orang yang memakai tato
dianggap identik dengan penjahat, gali, dan orang nakal. Pokoknya
golongan orang-orang yang hidup di jalan dan selalu dianggap mengacau
ketentraman masyarakat.
Anggapan negatif seperti ini secara tidak langsung mendapat "pengesahan"
ketika pada tahun 1980-an terjadi penembakan misterius terhadap ribuan
gali (penjahat kambuhan) di berbagai kola di Indonesia. Mantan Presiden
Soeharto dalam otobiografinya, Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan
Saya (PT. Citra Lamtorogung Persada, Jakarta, 1989), mengatakan bahwa
petrus (penembakan misterius) itu memang sengaja dilakukan sebagai
treatment, tindakan tegas terhadap orang-orang jahat yang suka
mengganggu ketentraman masyarakat.
Bagaimana cara mengetahui bahwa seseorang itu penjahat dan layak
dibunuh? Brita L. Miklouho-Maklai datam Menguak Luka Masyarakat:
Beberapa Aspek Seni Rupa Indonesia Sejak Tahun 1966 (Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 1997) menyebutkan bahwa para penjahat kambuhan itu
kebanyakan diidentifikasi melalui tato, untuk kemudian ditembak secara
rahasia, lalu mayatnya ditaruh dalam karung dan dibuang di sembarang
tempat seperti sampah.
Tidak semua orang bertato itu penjahat memang. Tapi mengapa sampai
terjadi generalisasi seperti itu? Apa kira-kira dasar atasannya? Apakah
dulu kebetulan pernah ada seorang penjahat besar yang punya tato dan itu
lalu dipakai sebagai ciri untuk menggeneralisasi bahwa semua orang yang
bertatto pasti penjahat juga? Sayangnya belum ada studi mendalam yang
bisa menguak pergeseran makna tato dari ukiran dekoratif sebagai
penghias tubuh dan simbol-simbol tertentu menjadi tanda cap bagi para
penjahat.
Tapi yang jelas telah terjadi "politisasi tubuh". Tubuh dipolitisasi,
dijadikan alat kendali untuk kepentingan negara. Dalam kasus petrus di
Indonesia, tubuh yang bertato dipakai sebagai alat kendali, suatu alasan
untuk menjaga stabilitas negara. Untuk tingkat dunia, bisa disebut
beberapa contoh kasus politik tubuh besar sepanjang sejarah peradaban
manusia. Orang-orang kulit putih menerapkan sistem politik apartheid di
Afrika Selatan hanya karena orang-orang Afrika "berkulit hitam". Dari
Jerman, Hitler dengan Nazinya membantai orang-orang Yahudi hanya karena
di dalam tubuh orang Yahudi tidak mengalir darah Arya, darah tubuh
manusia yang paling sempurna yang pernah diciptakan Tuhan di bumi ini
menurut Hitler.
Sebelum tato dianggap sebagai sesuatu yang modis, trendi, dan
fashionable seperti sekarang ini, tato memang dekat dengan budaya
pemberontakan. Anggapan negatif masyarakat tentang tato dan larangan
memakai rajah atau tato bagi penganut agama tertentu semakin
menyempurnakan citra tato sebagai sesuatu yang dilarang, haram, dan
tidak boleh. Maka memakai tato sama dengan memberontak terhadap tatanan
nilai sosial yang ada, sama dengan membebaskan diri terhadap segala tabu
dan norma-norma masyarakat yang membelenggu. Orang-orang yang
dipinggirkan oleh masyarakat memakai tato sebagai simbol pemberontakan
dan eksistensi diri. Anak-anak yang disingkirkan oleh keluarga memakai
tato sebagai simbol pembebasan.
Setiap zaman melahirkan konstruksi tubuhnya sendiri-sendiri. Dulu tato
dianggap jelek, sekarang tato dianggap sebagai sesuatu yang modis dan
trendi. Kalau era ini berakhir, entah tato akan dianggap sebagai apa.
Mungkin status kelas sosial, mungkin sekadar perhiasan, atau yang lain.
Original Post at: http://insomniacromance.blogspot.com/2011/11/sejarah-dan-fungsi-tatto.html |
Tato atau tattoo,
berasal dari bahasa Tahiti "tatu" yang konon artinya tanda. Walaupun
bukti-bukti sejarah tato ini tidak be- gitu banyak, tetapi para ahli
mengambil kesimpulan bahwa seni tato ini sudah ada sejak 12.000 tahun
sebelum Masehi.
Dutu, tato menjadi semacam ritual bagi suku-suku kuno seperti Maori,
Inca, Ainu, Polynesians, dan lain-lain. Kalau Anda jalan-jalan ke Mesir,
coba main- main ke piramid, mungkin Anda bisa menemukan tato tertua di
sana. Karena menurut sejarah, bangsa Mesir-lah yang jadi biang tumbuh
suburnya tato di dunia. Bangsa Mesir kan dikenal sebagai bangsa yang
terkenal kuat, mereka melakukan ekspansi ke negara-negara lain, sehingga
seni tato pun ikut-ikutan menyebar luas, seperti ke daerah Yunani,
Persia, dan Arab.
Apa alasan bagi suku-suku kuno di dunia membuat tato ? Bangsa Yunani
kuno memakai tato sebagai tanda pengenal para anggota badan intetijen
mereka alias mata-mata perang pada saat itu. Di sini tato menunjukan
pangkat dari si mata-mata tersebut. Berbeda dengan bangsa Romawi, mereka
memakai tato sebagai tanda bahwa seseorang itu berasal dari golongan
budak, dan tato juga dirajahi ke setiap tubuh para tahanannya. Suku
Maori di New Zealand membuat tato berbentuk ukiran-ukiran spiral pada
wajah dan pantat.
Menurut mereka, ini adalah tanda bagi keturunan yang baik. Di Kepulauan
Solomon, tato ditorehkan di wajah perempuan sebagai ritus untuk menandai
tahapan baru dalam kehidupan mereka. Hampir sama seperti di alas,
orang- orang Suku Nuer di Sudan memakai tato untuk menandai ritus
inisiasi pada anak taki-taki. Orang-orang Indian melukis tubuh dan
mengukir kutit mereka untuk menambah kecantikan atau menunjukkan status
sosial tertentu.
Tato alias wen shen atau rajah mulai merambahi negara China sekitar
tahun 2000 SM. Wen shen konon artinya "akupunktur badan". Pertu
diketahui, sama seperti bangsa Romawi, bangsa China kuno memakai tato
untuk menandakan bahwa seseorang pernah dipenjara. Sementara di Tiongkok
sendiri, budaya tato terdapat pada beberapa etnis minoritasnya, yang
tetah diwarisi oteh nenek moyang mereka, seperti etnis Drung, Dai, dan
Li, namun hanya para wanita yang berasal dari etnis Li dan Drung yang
memiliki kebiasaan menato wajahnya. Riwayat adat-istiadat tato etnis
Drung ini muncul sekitar akhir masa Dinasti Ming (sekitar 350 tahun yang
talu), ketika itu mereka diserang oleh sekelompok grup etnis lainnya
dan pada saat itu mereka menangkapi beberapa wanita dari etnis Drung
untuk dijadikan sebagai budak. Demi menghindari terjadinya perkosaan,
para wanita tersebut kemudian menato wajah mereka untuk membuat mereka
kelihatan kurang menarik di mata sang penculik.
Meski kini para wanita dari etnis minoritas Drung ini tidak lagi dalam
keadaan terancam oteh penyerangan dari etnis minoritas lainnya, namun
mereka masih terus mempertahankan adat-istiadat ini sebagai sebuah
lambang kekuatan kedewasaan. Para anak gadis dari etnis minoritas Drung
menato wajahnya ketika mereka berusia antara 12 dan 13 tahun sebagai
sebuah simbol pendewasaan diri. Ada beberapa penjelasan yang berbeda,
mengapa para wanita tersebut menato wajahnya. Sebagian orang mengatakan,
bahwa warga etnis Drung menganggap wanita yang bertato terlihat lebih
cantik dan para kaum Adam etnis Drung tidak akan menikahi seorang wanita
yang tidak memiliki tato di wajahnya.
Di Indonesia Orang-orang Mentawai di kepulauan Mentawai, suku Dayak di
Kalimantan, dan suku Sumba di NTB, sudah mengenal tato sejak zaman
baheula. Bahkan bagi suku Dayak, seseorang yang berhasil "memenggal
kepala" musuhnya, dia mendapat tato di tangannya. Begitu juga dengan
suku Mentawai, tatonya tidak dibuat sembarangan. Sebelum pembuatan tato
dilaksanakan, ada panen enegaf alias upacara inisiasi yang dilakukan di
puturkaf uma (galeri rumah tradisional suku Mentawai). Upacara ini
dipimpin oleh sikerei (dukun). Setelah upacara ini selesai, barutah
proses tatonya dilaksanakan. BAHAN PEMBUAT TATO
Awalnya, bahan untuk membuat tato berasal dari arang tempurung yang
dicampur dengan air tebu. Atat-atat yang digunakan masih sangat
tradisional. Seperti tangkai kayu, jarum, dan pemukul dari batang.
Orang-orang pedalaman masih menggunakan teknik manual dan dari
bahan-bahan tradisional. Bangsa Eskimo misalnya, memakai jarum yang
terbuat dari tulang binatang. Di kuil-kuil Shaolin menggunakan gentong
tembaga yang dipanaskan untuk mencetak gambar naga pada kulit tubuh.
Murid-murid Shaolin yang dianggap memenuhi syarat untuk mendapatkan
simbol itu, dengan menempelkan kedua lengan mereka pada semacam cetakan
gambar naga yang ada di kedua sisi gentong tembaga panas itu.
Jauh berbeda dengan sekarang. Saat ini, terutama di kalangan masyarakat
perkotaan, pembuatan tato ditakukan dengan mesin listrik. Mesin ini
ditemukan pada tahun 1891 di Inggris. Kemudian zat pewarnanya
menggunakan tinta sintetis (tinta khusus tato).
Bahkan, perusahaan Freedom-2 di Philadelphia telah menemukan serangkaian
produk tinta yang lebih aman di kulit. Produk ini sudah disetujui Badan
Urusan Makanan dan Obat-Obatan AS (FDA) untuk digunakan dalam dunia
kosmetik, makanan, obat, dan peranti kedokteran - yang tentunya aman
untuk tato.
MAKNA TAT0
Pada sistem budaya yang bertainan, tato mempunyai makna dan fungsi yang
berbeda-beda. Di Indonesia sendiri, pernah ada masa di mana tato
dianggap sebagai sesuatu yang buruk. Orang-orang yang memakai tato
dianggap identik dengan penjahat, gali, dan orang nakal. Pokoknya
golongan orang-orang yang hidup di jalan dan selalu dianggap mengacau
ketentraman masyarakat.
Anggapan negatif seperti ini secara tidak langsung mendapat "pengesahan"
ketika pada tahun 1980-an terjadi penembakan misterius terhadap ribuan
gali (penjahat kambuhan) di berbagai kola di Indonesia. Mantan Presiden
Soeharto dalam otobiografinya, Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan
Saya (PT. Citra Lamtorogung Persada, Jakarta, 1989), mengatakan bahwa
petrus (penembakan misterius) itu memang sengaja dilakukan sebagai
treatment, tindakan tegas terhadap orang-orang jahat yang suka
mengganggu ketentraman masyarakat.
Bagaimana cara mengetahui bahwa seseorang itu penjahat dan layak
dibunuh? Brita L. Miklouho-Maklai datam Menguak Luka Masyarakat:
Beberapa Aspek Seni Rupa Indonesia Sejak Tahun 1966 (Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 1997) menyebutkan bahwa para penjahat kambuhan itu
kebanyakan diidentifikasi melalui tato, untuk kemudian ditembak secara
rahasia, lalu mayatnya ditaruh dalam karung dan dibuang di sembarang
tempat seperti sampah.
Tidak semua orang bertato itu penjahat memang. Tapi mengapa sampai
terjadi generalisasi seperti itu? Apa kira-kira dasar atasannya? Apakah
dulu kebetulan pernah ada seorang penjahat besar yang punya tato dan itu
lalu dipakai sebagai ciri untuk menggeneralisasi bahwa semua orang yang
bertatto pasti penjahat juga? Sayangnya belum ada studi mendalam yang
bisa menguak pergeseran makna tato dari ukiran dekoratif sebagai
penghias tubuh dan simbol-simbol tertentu menjadi tanda cap bagi para
penjahat.
Tapi yang jelas telah terjadi "politisasi tubuh". Tubuh dipolitisasi,
dijadikan alat kendali untuk kepentingan negara. Dalam kasus petrus di
Indonesia, tubuh yang bertato dipakai sebagai alat kendali, suatu alasan
untuk menjaga stabilitas negara. Untuk tingkat dunia, bisa disebut
beberapa contoh kasus politik tubuh besar sepanjang sejarah peradaban
manusia. Orang-orang kulit putih menerapkan sistem politik apartheid di
Afrika Selatan hanya karena orang-orang Afrika "berkulit hitam". Dari
Jerman, Hitler dengan Nazinya membantai orang-orang Yahudi hanya karena
di dalam tubuh orang Yahudi tidak mengalir darah Arya, darah tubuh
manusia yang paling sempurna yang pernah diciptakan Tuhan di bumi ini
menurut Hitler.
Sebelum tato dianggap sebagai sesuatu yang modis, trendi, dan
fashionable seperti sekarang ini, tato memang dekat dengan budaya
pemberontakan. Anggapan negatif masyarakat tentang tato dan larangan
memakai rajah atau tato bagi penganut agama tertentu semakin
menyempurnakan citra tato sebagai sesuatu yang dilarang, haram, dan
tidak boleh. Maka memakai tato sama dengan memberontak terhadap tatanan
nilai sosial yang ada, sama dengan membebaskan diri terhadap segala tabu
dan norma-norma masyarakat yang membelenggu. Orang-orang yang
dipinggirkan oleh masyarakat memakai tato sebagai simbol pemberontakan
dan eksistensi diri. Anak-anak yang disingkirkan oleh keluarga memakai
tato sebagai simbol pembebasan.
Setiap zaman melahirkan konstruksi tubuhnya sendiri-sendiri. Dulu tato
dianggap jelek, sekarang tato dianggap sebagai sesuatu yang modis dan
trendi. Kalau era ini berakhir, entah tato akan dianggap sebagai apa.
Mungkin status kelas sosial, mungkin sekadar perhiasan, atau yang lain.
Original Post at: http://insomniacromance.blogspot.com/2011/11/sejarah-dan-fungsi-tatto.html |
Tato atau tattoo,
berasal dari bahasa Tahiti "tatu" yang konon artinya tanda. Walaupun
bukti-bukti sejarah tato ini tidak be- gitu banyak, tetapi para ahli
mengambil kesimpulan bahwa seni tato ini sudah ada sejak 12.000 tahun
sebelum Masehi.
Dutu, tato menjadi semacam ritual bagi suku-suku kuno seperti Maori,
Inca, Ainu, Polynesians, dan lain-lain. Kalau Anda jalan-jalan ke Mesir,
coba main- main ke piramid, mungkin Anda bisa menemukan tato tertua di
sana. Karena menurut sejarah, bangsa Mesir-lah yang jadi biang tumbuh
suburnya tato di dunia. Bangsa Mesir kan dikenal sebagai bangsa yang
terkenal kuat, mereka melakukan ekspansi ke negara-negara lain, sehingga
seni tato pun ikut-ikutan menyebar luas, seperti ke daerah Yunani,
Persia, dan Arab.
Apa alasan bagi suku-suku kuno di dunia membuat tato ? Bangsa Yunani
kuno memakai tato sebagai tanda pengenal para anggota badan intetijen
mereka alias mata-mata perang pada saat itu. Di sini tato menunjukan
pangkat dari si mata-mata tersebut. Berbeda dengan bangsa Romawi, mereka
memakai tato sebagai tanda bahwa seseorang itu berasal dari golongan
budak, dan tato juga dirajahi ke setiap tubuh para tahanannya. Suku
Maori di New Zealand membuat tato berbentuk ukiran-ukiran spiral pada
wajah dan pantat.
Menurut mereka, ini adalah tanda bagi keturunan yang baik. Di Kepulauan
Solomon, tato ditorehkan di wajah perempuan sebagai ritus untuk menandai
tahapan baru dalam kehidupan mereka. Hampir sama seperti di alas,
orang- orang Suku Nuer di Sudan memakai tato untuk menandai ritus
inisiasi pada anak taki-taki. Orang-orang Indian melukis tubuh dan
mengukir kutit mereka untuk menambah kecantikan atau menunjukkan status
sosial tertentu.
Tato alias wen shen atau rajah mulai merambahi negara China sekitar
tahun 2000 SM. Wen shen konon artinya "akupunktur badan". Pertu
diketahui, sama seperti bangsa Romawi, bangsa China kuno memakai tato
untuk menandakan bahwa seseorang pernah dipenjara. Sementara di Tiongkok
sendiri, budaya tato terdapat pada beberapa etnis minoritasnya, yang
tetah diwarisi oteh nenek moyang mereka, seperti etnis Drung, Dai, dan
Li, namun hanya para wanita yang berasal dari etnis Li dan Drung yang
memiliki kebiasaan menato wajahnya. Riwayat adat-istiadat tato etnis
Drung ini muncul sekitar akhir masa Dinasti Ming (sekitar 350 tahun yang
talu), ketika itu mereka diserang oleh sekelompok grup etnis lainnya
dan pada saat itu mereka menangkapi beberapa wanita dari etnis Drung
untuk dijadikan sebagai budak. Demi menghindari terjadinya perkosaan,
para wanita tersebut kemudian menato wajah mereka untuk membuat mereka
kelihatan kurang menarik di mata sang penculik.
Meski kini para wanita dari etnis minoritas Drung ini tidak lagi dalam
keadaan terancam oteh penyerangan dari etnis minoritas lainnya, namun
mereka masih terus mempertahankan adat-istiadat ini sebagai sebuah
lambang kekuatan kedewasaan. Para anak gadis dari etnis minoritas Drung
menato wajahnya ketika mereka berusia antara 12 dan 13 tahun sebagai
sebuah simbol pendewasaan diri. Ada beberapa penjelasan yang berbeda,
mengapa para wanita tersebut menato wajahnya. Sebagian orang mengatakan,
bahwa warga etnis Drung menganggap wanita yang bertato terlihat lebih
cantik dan para kaum Adam etnis Drung tidak akan menikahi seorang wanita
yang tidak memiliki tato di wajahnya.
Di Indonesia Orang-orang Mentawai di kepulauan Mentawai, suku Dayak di
Kalimantan, dan suku Sumba di NTB, sudah mengenal tato sejak zaman
baheula. Bahkan bagi suku Dayak, seseorang yang berhasil "memenggal
kepala" musuhnya, dia mendapat tato di tangannya. Begitu juga dengan
suku Mentawai, tatonya tidak dibuat sembarangan. Sebelum pembuatan tato
dilaksanakan, ada panen enegaf alias upacara inisiasi yang dilakukan di
puturkaf uma (galeri rumah tradisional suku Mentawai). Upacara ini
dipimpin oleh sikerei (dukun). Setelah upacara ini selesai, barutah
proses tatonya dilaksanakan. BAHAN PEMBUAT TATO
Awalnya, bahan untuk membuat tato berasal dari arang tempurung yang
dicampur dengan air tebu. Atat-atat yang digunakan masih sangat
tradisional. Seperti tangkai kayu, jarum, dan pemukul dari batang.
Orang-orang pedalaman masih menggunakan teknik manual dan dari
bahan-bahan tradisional. Bangsa Eskimo misalnya, memakai jarum yang
terbuat dari tulang binatang. Di kuil-kuil Shaolin menggunakan gentong
tembaga yang dipanaskan untuk mencetak gambar naga pada kulit tubuh.
Murid-murid Shaolin yang dianggap memenuhi syarat untuk mendapatkan
simbol itu, dengan menempelkan kedua lengan mereka pada semacam cetakan
gambar naga yang ada di kedua sisi gentong tembaga panas itu.
Jauh berbeda dengan sekarang. Saat ini, terutama di kalangan masyarakat
perkotaan, pembuatan tato ditakukan dengan mesin listrik. Mesin ini
ditemukan pada tahun 1891 di Inggris. Kemudian zat pewarnanya
menggunakan tinta sintetis (tinta khusus tato).
Bahkan, perusahaan Freedom-2 di Philadelphia telah menemukan serangkaian
produk tinta yang lebih aman di kulit. Produk ini sudah disetujui Badan
Urusan Makanan dan Obat-Obatan AS (FDA) untuk digunakan dalam dunia
kosmetik, makanan, obat, dan peranti kedokteran - yang tentunya aman
untuk tato.
MAKNA TAT0
Pada sistem budaya yang bertainan, tato mempunyai makna dan fungsi yang
berbeda-beda. Di Indonesia sendiri, pernah ada masa di mana tato
dianggap sebagai sesuatu yang buruk. Orang-orang yang memakai tato
dianggap identik dengan penjahat, gali, dan orang nakal. Pokoknya
golongan orang-orang yang hidup di jalan dan selalu dianggap mengacau
ketentraman masyarakat.
Anggapan negatif seperti ini secara tidak langsung mendapat "pengesahan"
ketika pada tahun 1980-an terjadi penembakan misterius terhadap ribuan
gali (penjahat kambuhan) di berbagai kola di Indonesia. Mantan Presiden
Soeharto dalam otobiografinya, Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan
Saya (PT. Citra Lamtorogung Persada, Jakarta, 1989), mengatakan bahwa
petrus (penembakan misterius) itu memang sengaja dilakukan sebagai
treatment, tindakan tegas terhadap orang-orang jahat yang suka
mengganggu ketentraman masyarakat.
Bagaimana cara mengetahui bahwa seseorang itu penjahat dan layak
dibunuh? Brita L. Miklouho-Maklai datam Menguak Luka Masyarakat:
Beberapa Aspek Seni Rupa Indonesia Sejak Tahun 1966 (Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 1997) menyebutkan bahwa para penjahat kambuhan itu
kebanyakan diidentifikasi melalui tato, untuk kemudian ditembak secara
rahasia, lalu mayatnya ditaruh dalam karung dan dibuang di sembarang
tempat seperti sampah.
Tidak semua orang bertato itu penjahat memang. Tapi mengapa sampai
terjadi generalisasi seperti itu? Apa kira-kira dasar atasannya? Apakah
dulu kebetulan pernah ada seorang penjahat besar yang punya tato dan itu
lalu dipakai sebagai ciri untuk menggeneralisasi bahwa semua orang yang
bertatto pasti penjahat juga? Sayangnya belum ada studi mendalam yang
bisa menguak pergeseran makna tato dari ukiran dekoratif sebagai
penghias tubuh dan simbol-simbol tertentu menjadi tanda cap bagi para
penjahat.
Tapi yang jelas telah terjadi "politisasi tubuh". Tubuh dipolitisasi,
dijadikan alat kendali untuk kepentingan negara. Dalam kasus petrus di
Indonesia, tubuh yang bertato dipakai sebagai alat kendali, suatu alasan
untuk menjaga stabilitas negara. Untuk tingkat dunia, bisa disebut
beberapa contoh kasus politik tubuh besar sepanjang sejarah peradaban
manusia. Orang-orang kulit putih menerapkan sistem politik apartheid di
Afrika Selatan hanya karena orang-orang Afrika "berkulit hitam". Dari
Jerman, Hitler dengan Nazinya membantai orang-orang Yahudi hanya karena
di dalam tubuh orang Yahudi tidak mengalir darah Arya, darah tubuh
manusia yang paling sempurna yang pernah diciptakan Tuhan di bumi ini
menurut Hitler.
Sebelum tato dianggap sebagai sesuatu yang modis, trendi, dan
fashionable seperti sekarang ini, tato memang dekat dengan budaya
pemberontakan. Anggapan negatif masyarakat tentang tato dan larangan
memakai rajah atau tato bagi penganut agama tertentu semakin
menyempurnakan citra tato sebagai sesuatu yang dilarang, haram, dan
tidak boleh. Maka memakai tato sama dengan memberontak terhadap tatanan
nilai sosial yang ada, sama dengan membebaskan diri terhadap segala tabu
dan norma-norma masyarakat yang membelenggu. Orang-orang yang
dipinggirkan oleh masyarakat memakai tato sebagai simbol pemberontakan
dan eksistensi diri. Anak-anak yang disingkirkan oleh keluarga memakai
tato sebagai simbol pembebasan.
Setiap zaman melahirkan konstruksi tubuhnya sendiri-sendiri. Dulu tato
dianggap jelek, sekarang tato dianggap sebagai sesuatu yang modis dan
trendi. Kalau era ini berakhir, entah tato akan dianggap sebagai apa.
Mungkin status kelas sosial, mungkin sekadar perhiasan, atau yang lain.
Sumber dikutip dari sini
Teman-teman juga bisa melihat beberapa gallery tatto di majalah
berikut,click image for download
Original Post at: http://insomniacromance.blogspot.com/2011/11/sejarah-dan-fungsi-tatto.html |
Masih Binggung Cari BO Judi Slot yang Terpercaya? Ingin Kemenangan Cepat Cair ?
BalasHapusDi Di sinilah tempatnya Kasino88, Agen judi Slot dan Live Casino yang Aman dan Terpercaya. Proses Deposit dan Withdraw hanya dalam 2
menit. Semua Jenis Game Slot Terlengkap, dan hanya menggunakan 1 ID sudah bisa mainkan semua Games nya . Di Kasino88 lah Situs Paling
Terekomendasi Banget Untuk Kalian !
Tersedia Juga berbagai Promo menarik :
- Bonus New Member 30%
- Bonus Next Deposit 10%
- Bonus DEPOSIT Slot Games 100%
- Bonus Cashback Up 10%
- Bonus Rollingan 0.8%
- Bonus Referral
Ayo buruan Tunggu apa lagi, Buruan Gabung Sekarang !!
Info : www.kasino88*.com (BINTANG DI HAPUS)
WA : +62822-9967-1032
slot online
judi online
live casino
judi bola
agen judi