Insomnia adalah gejala
[2] kelainan dalam
tidur
berupa kesulitan berulang untuk tidur atau mempertahankan tidur
walaupun ada kesempatan untuk itu. Gejala tersebut biasanya diikuti
gangguan fungsional saat bangun.
Insomnia sering disebabkan oleh adanya suatu
penyakit atau akibat adanya permasalahan psikologis. Dalam hal ini, bantuan medis atau psikologis akan diperlukan. Salah satu
terapi psikologis yang efektif menangani insomnia adalah
terapi kognitif.
[3] Dalam
terapi
tersebut, seorang pasien diajari untuk memperbaiki kebiasaan tidur dan
menghilangkan asumsi yang kontra-produktif mengenai tidur.
Banyak penderita insomnia tergantung pada
obat tidur dan zat
penenang
lainnya untuk bisa beristirahat. Semua obat sedatif memiliki potensi
untuk menyebabkan ketergantungan psikologis berupa anggapan bahwa mereka
tidak dapat tidur tanpa obat tersebut.
Diagnosa
Spesialis tidur kedokteran memenuhi syarat untuk mendiagnosis
berbagai gangguan tidur. Pasien dengan berbagai penyakit termasuk
sindrom fase tidur tertunda sering salah didiagnosis sebagai Insomnia.
Untuk mendiagnosis insomnia, dilakukan penilaian terhadap:
- Pola tidur penderita sakit jiwa
- Pemakaian obat-obatan, alkohol, atau obat terlarang.
- Tingkatan stres psikis.
- Riwayat medis.
- Aktivitas fisik.
Diagnosis berdasarkan kepada kebutuhan tidur secara individual.
Penyebab
Insomnia bukan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu gejala yang
memiliki berbagai penyebab, seperti kelainan emosional,kelainan fisik
dan pemakaian obat-obatan.
Sulit tidur sering terjadi, baik pada usia muda maupun usia lanjut;
dan seringkali timbul bersamaan dengan gangguan emosional, seperti
kecemasan, kegelisahan, depresi atau ketakutan.
Kadang seseorang sulit tidur hanya karena badan dan otaknya tidak lelah.
Dengan bertambahnya usia, waktu tidur cenderung berkurang. Stadium
tidur juga berubah, dimana stadium 4 menjadi lebih pendek dan pada
akhirnya menghilang, dan pada semua stadium lebih banyak terjaga.
Perubahan ini, walaupun normal, sering membuat orang tua berfikir bahwa
mereka tidak cukup tidur.
Pola terbangun pada dini hari lebih sering ditemukan pada usia
lanjut. Beberapa orang tertidur secara normal tetapi terbangun beberapa
jam kemudian dan sulit untuk tertidur kembali.
Kadang mereka tidur dalam keadaan gelisah dan merasa belum puas
tidur. Terbangun pada dini hari, pada usia berapapun, merupakan pertanda
dari depresi.
Orang yang pola tidurnya terganggu dapat mengalami irama tidur yang
terbalik, mereka tertidur bukan pada waktunya tidur dan bangun pada
saatnya tidur.
Hal ini sering terjadi sebagai akibat dari:
- Jet lag (terutama jika bepergian dari timur ke barat).
- Bekerja pada malam hari.
- Sering berubah-ubah jam kerja.
- Penggunaan alkohol yang berlebihan.
- Efek samping obat (kadang-kadang).
- Kerusakan pada otak (karena ensefalitis, stroke, penyakit Alzheimer).
Gejala
Penderita mengalami kesulitan untuk tidur atau sering terjaga di
malam hari dan sepanjang hari merasakan kelelahan. Awal proses tidur
pada pasien insomnia mengacu pada latensi yang berkepanjangan dari waktu
akan tidur sampai tertidur. Dalam Insomnia psiko-fisiologis, pasien
mungkin mengeluh perasaan cemas, tegang, khawatir, atau mengingat secara
terus-menerus masalah-masalah di masa lalu atau di masa depan karena
mereka berbaring di tempat tidur terlalu lama tanpa tertidur. Pada
insomnia akut, dimungkinkan ada suatu peristiwa yang memicu, seperti
kematian atau penyakit yang menyerang orang yang dicintai. Hal ini dapat
dikaitkan dengan timbulnya insomnia. Pola ini dapat menjadi tetap dari
waktu ke waktu, dan pasien dapat mengalami insomnia, berulang
terus-menerus. Semakin besar usaha yang dikeluarkan dalam mencoba untuk
tidur, tidur menjadi lebih sulit diperoleh. Menonton jam saat setiap
menit dan jam berlalu hanya meningkatkan perasaan terdesak dan usaha
untuk tertidur. Tempat tidur akhirnya dapat dipandang sebagai medan
perang, dan tidur lebih mudah dicapai dalam lingkungan yang asing.
[4]
Pengobatan
Pengobatan insomnia tergantung kepada penyebab dan beratnya insomnia.
Orang tua yang mengalami perubahan tidur karena bertambahnya usia,
biasanya tidak memerlukan pengobatan, karena perubahan tersebut adalah
normal.
Penderita insomnia hendaknya tetap tenang dan santai beberapa jam
sebelum waktu tidur tiba dan menciptakan suasana yang nyaman di kamar
tidur; cahaya yang redup dan tidak berisik.
Jika penyebabnya adalah stres emosional, diberikan obat untuk
mengurangi stres. Jika penyebabnya adalah depresi, diberikan obat
anti-depresi.
Jika gangguan tidur berhubungan dengan aktivitas normal penderita dan
penderita merasa sehat, bisa diberikan obat tidur untuk sementara
waktu. Alternatif lain untuk mengatasi insomnia tanpa obat-obatan adalah
dengan
terapi hipnosis atau
hipnoterapi.
Durasi tidur dan kematian
Sebuah
survei dari 1,1 juta penduduk di
Amerika yang dilakukan oleh
American Cancer Society
menemukan bahwa mereka yang dilaporkan tidur sekitar 7 jam setiap malam
memiliki tingkat kematian terendah, sedangkan orang-orang yang tidur
kurang dari 6 jam atau lebih dari 8
jam lebih tinggi tingkat kematiannya. Tidur selama 8,5 jam atau lebih setiap
malam dapat meningkatkan angka
kematian sebesar 15%. Insomnia
kronis
- tidur kurang dari 3,5 jam (wanita) dan 4,5 jam (laki-laki) juga dapat
menyebabkan kenaikan sebesar 15% tingkat kematian. Setelah mengontrol
durasi tidur dan insomnia, penggunaan pil tidur juga berkaitan dengan peningkatan angka kematian. (hoax)
Referensi